Snack Saat Belajar Online
![]() |
Pringles rasa Karaage dan Italian Bolognese. |
![]() |
Pringles rasa Karaage dan Italian Bolognese. |
Ceritanya, aku mau coba sok irit ngga jajan cemilan atau minuman. Kemudian, suatu hari setelah kerja aku jalan kaki menuju rumah. Di jalan pulang, aku mampir Ministop, chain konbini milik Aeon yang letaknya tak jauh dari rumahku. Aku jarang banget ke sini karena ada konbini 7-Eleven yang lebih dekat lagi dengan rumahku. Kalau ke 7-Eleven dua menit, ke Ministop bisa lima menit lah.
Aku rasa banyak turis asing yang datang ke konbini menjadikan konbini sebagai salah satu 'tujuan wisata' mereka. Soalnya aku juga gitu. Tiap pergi ke Jepang, hampir tiap lewat konbini pasti masuk. Seneng aja lihat produk-produk Jepang bermacam-macam variannya, atau yang kalau dijual di Indonesia jadinya mahal banget. Konbini tuh kayak happiest place on earth selain Disneyland. Bahkan sampai aku tinggal di Jepang, ke konbini juga jadi salah satu 'entertainment'-ku. Oya, aku tuh hobi keliling supermarket. Semuanya dilihatin, beli kagak. 👀
Anyway, balik ke cerita ke awal, setelah aku masuk Ministop aku melihat Lipton terbaru rasa Sakura Tea Latte, eh di sebelahnya ada Mt. Rainier Sakura Latte, eh ngga jauh dari situ ada Bubble Tea rasa Sakura merek Emial. Akhirnya aku beli semuanya. Padahal ceritanya lagi sok irit. Kalau lihat minuman rasa sakura, biasanya aku langsung angkut.
![]() |
Lipton Sakura Tea Latte, Mt. Rainier Sakura Latte, dan Emial Tapioca Sakura Latte. |
Salah satu snek jaman kecil yang aku ingat adalah Ichiban. Kalau rasa sebenarnya lupa-lupa ingat. Yang kuingat permen Ichiban itu adalah cokelat dengan bentuk segi empat kecil dan di dalamnya ada isiannya dan rasa macam-macam. Rasanya senang banget makan Ichiban trus pas digigit cairannya keluar gitu.
Aku ingat beberapa kali beli permen Ichiban dalam jumlah banyak. Saking sebegitunya ketagihan sama cemilan satu ini. Aku mencoba mencari foto Ichiban di internet tapi ngga bisa menemukannya deh. Sudah tidak ada juga kali ya sekarang?
Di Jepang, ada cemilan cokelat yang mirip dengan Ichiban. Namanya Tirol. Aku ngga tahu apakah mereka related sama Ichiban atau engga.
Produk cokelat merek Tirol yang pertama diproduksi dan hingga populer hingga sekarang yaitu cokelat berbentuk batang yang memiliki rasa milk nougat. Tapi, kalau mendengar kata Tirol sih yang aku bayangkan ya cokelat Tirol yang bentuknya seperti Ichiban. Cokelat segi empat kecil-kecil dan rasanya macam-macam.
Tirol memproduksi 'cokelat mirip Ichiban' dengan rasa utama yaitu, milk, stroberi, coffee nougat, dan cokelat. Tapi juga menjual rasa-rasa limited edition atau kolaborasi dengan produk merek lain. Tirol pernah menjual 'cokelat mirip Ichiban' hasil kolaborasi dengan kedai kopi terkenal di Jepang, Komeda Coffee. Saat ini yang tersedia di konbini, selain rasa utama, adalah Tirol rasa Pablo Cheese Tart dan rasa chocolat framboise a.k.a cokelat rasberi.
Aku ngga pernah tertarik beli Tirol karena 'cuma' rasa cokelat, stroberi, atau milk. Aku kayaknya pernah makan yang milk dan ngga suka. Kadang-kadang suka ada limited edition, rasanya rasa kinako atau pernah lagi rasa mochi, duh males makannya. 😂 Selain itu harganya ngga murah. Untuk satu buah Tirol rasa utama harganya 22 yen atau sekitar 3000 rupiah. Sedangkan Tirol limited edition harganya 46 yen atau 6000 rupiah. Padahal tambah duitnya dikit sudah bisa dapat cokelat yang jauh lebih besar.
Cuma kemarin aku mampir konbini dekat rumah dan memutuskan beli Tirol rasa Pablo Cheese Tart dan rasa framboise. Yang rasa framboise emang tertarik sih soalnya bungkusnya sangat elegan bikin penasaran. Apalagi produk-produk rasa framboise di Jepang yang pernah aku coba tuh ngga pernah fail. Kalau yang Pablo aku ngga terlalu minat tapi coba aja lah ya. 😂
![]() |
Tirol Pablo Cheese Tart dan Tirol Premium Chocolat Framboise. |
![]() |
Sakura Berry Frappucino dan Strawberry Pink Mousse White Mocha. |
Saat aku belanja di Plaza, di sana dijual kopi bubuk Starbucks edisi Spring rasa Sakura Strawberry Latte. Tapi gojag-gajeg (jw. ragu-ragu), soalnya aku punya budget constraint. 😢 Kapan ya aku ngga punya itu? Trus aku lihat di Starbucks seberang Plaza sedang menjual minuman limited edition rasa sakura. Akhirnya aku ngga jadi beli Starbucks di Plaza. Tapi malah jadi nongkrong di Starbucks. 😄
Katanya punya budget constraint... Seringnya sih aku kalau jajan sedikit-sedikit. Kadang bisa juga seminggu ngga mengeluarkan uang atau jajan sama sekali, tapi kalau udah niat jajan, pol-polan jajannya. 👀 Apalagi lagi musim rasa sakura, aku tuh ngga bisa banget mengabaikan rasa sakura. Terutama minuman. Kalau cemilan kemasan sih misalnya Kitkat rasa sakura atau yang lain sih, tidak selalu tertarik.
Padahal aku pernah menulis kalau aku beli Starbucks jarang-jarang. Kenyataannya baru hari Minggu lalu (14/2) aku pergi ke Starbucks. Itu pun karena temanku maksa-maksa sih. Hari itu aku beli Caramel Frappucino. Ngga enak. Hari itu, menu limited editionnya masih bertema Hojicha. Aku ngga pernah tertarik minum Hojicha pakai susu. Hojicha tuh paling enak ya sono mama そのまま (kayak gitu apa adanya).
Trus pergi ke Starbucks lagi hari Selasa (16/2), menu limited edition-nya sudah ganti ke sakura aja. Limited banget time-nya! Sengaja banget Starbucks mempengaruhi psikologi cewek-cewek ngga kuat 'limited edition', supaya penasaran dan beli lagi dan beli lagi. Aku termasuk juga. 👀 Sudah gitu, gambar desain menu terbarunya selalu ciamik, jadi pengen beli aja gitu. 😌
![]() |
Menu minuman sakura tahun ini, Sakura Berry. Foto: Starbucks Japan. |
Di Jepang, ada toko zakka 雑貨 bernama Plaza. Zakka tuh apa ya. Kalau lihat terjemahan sih: miscellaneous goods. Dalam Bahasa Inggris, bisa dibilang zakkaten 雑貨店 atau toko zakka itu variety store.
Plaza ini menjual macam-macam jenis barang. Ada kosmetik, payung, stationery, snek, dan lain-lain. Barang-barang yang dijual mostly packaging-nya menggugah iman untuk tidak belanja. Menarik-menarik dan cute. Kalau pergi ke Plaza rasanya pengen beli semua. Aku pernah lihat totebag warna silver dan emas metalik itu menarik banget! Tapi mahal banget jadi ya ngga beli. Buat apa juga sih. 😄
Snek yang dijual di Plaza kebanyakan produk impor. Ada juga produk buatan Jepang yang bahkan aku ngga sadar itu buatan Jepang. Ada satu cheetos, semua tulisan di bagian depan kemasan full Inggris. Sampai aku lihat produsennya, ternyata Jepang! Kirain impor. Sempat mau beli karena rasa Chicago Pizza, penasaran, cuma tulisannya kok: cheese flavored snacks. Yang berarti rasa kejunya 'mungkin' mendominasi, jadi ngga deh. Aku kurang suka cheetos rasa cheese.
Kemarin, abis pulang kerja aku pergi ke Aeon Mall dan belanja di supermarket. Kemudian aku lewat Plaza dan cemilan-cemilan di raknya kayak melambaikan tangannya minta dibeli. "Tolong beli aku, tolong beli aku." Gitu. Apa sih. 👀
Yang pertama aku lihat sih M&M's. Aku ngga pernah kepengen makan M&M's tapi lihat itu kok tertarik. Setelah melihat harganya lagi makin tertarik karena cuma: 151 yen, kira-kira 20 ribuan. Not bad, beli ah. Akhirnya jadi beli macam-macam.
1. Vermeiren Speculoos Traditional Cranberry Cherry 345 yen
Di tempat kerja, ada seorang rekan kerja, ibu-ibu yang aku taksir umurnya sekitar 60-an tahun. Di shift kami yang sangat sibuk, kadang-kadang kami menyelipkan percakapan. Karena tahu aku orang asing, ibu ini suka memberikan informasi mengenai tempat wisata atau belanja di Kyoto, sejarah di Jepang, atau sampai ulasan mengenai produk terbaru konbini tempat kerja kami.
"Kimura-san, biasanya ngapain kalau Valentine?" sekitar dua minggu lalu aku bertanya kepada ibu ini.
Ia pun bilang kalau paling-paling ia hanya makan cokelat. Lalu kemudian dia dengan excited-nya memberitahuku tentang salah satu produk cokelat yang hanya dijual menjelang hari Valentine. Dia bilang, nama produk cokelatnya adalah Honoo no Chokoreeto, produksi Ginnobudou. Selain itu, cokelat ini cepat banget sold out-nya. Sudah gitu kalau beli antre panjang. Dia bahkan menyebutkan statistik, berapa cokelat yang terjual dalam satu periode. Tapi aku lupa. 😂 Katanya lagi, cokelat ini enak banget. Dia juga bilang, cokelat ini bakal dijual di chain konbini tempat kerja kami, tapi di toko kami tidak akan tersedia.
"Nanti aku cari di Google," begitu kataku. Kenyataannya aku lupa terus. Ditambah kurang minat kalau harus beli produk yang kalau mau beli aja susah. 😂 Trus aku lupa saja sama cokelat itu. Sampai akhirnya hari Valentine pun tiba.
Kemarin aku kerja tepat hari Valentine. Kali ini aku kerja di toko lain dalam chain konbini yang sama. Aku tidak langsung pulang karena makan siang di toko dan aku ingin membeli sesuatu. Ada satu kue tradisional Jepang (wagashi) bernama Kintsuba yang mirip yangko khas Kotagede dan aku penasaran banget.
Lalu aku tiba di rak bagian depan persis setelah pintu masuk toko. Di rak depan terdapat bermacam-macam cokelat yang memang dijual dalam rangka hari Valentine. Cokelat Morozoff dan Godiva yang tadinya berjajar di sana sudah terjual semua. Ada Mary's masih satu kotak dan ada tiga kotak kecil berwarna pink yang setelah aku lihat judulnya: Honoo no Chokoreeto.
Eh! Ini kan cokelat yang Kimura-san sebut dua minggu lalu. Ternyata dijual di toko tempat kerjaku satu lagi. Harganya 648 yen sekitar 80 ribu rupiah untuk dua buah. Cukup mahal tapi tidak terlalu buruk lah. Selain itu, cukup berat cokelatnya, makin bikin penasaran.
Saat membayar di kasir, yang mana pekerjanya adalah rekan kerjaku sendiri, ia menawarkan gift bag khusus cokelatnya. Aku harus loading, ngapain pakai gift bag? Akhirnya aku tersadar, "Oh iya ya, kan Valentine." Sayangnya, cokelatnya buat aku makan sendiri. Jadi buat apa gift bag. 😞
Sampai rumah, aku pun langsung mencoba Honoo no Chokoreeto ini.
![]() |
For special day. Every day is special day. |
Di Jepang, hari Valentine berarti cokelat. Bukan bunga mawar, bukan beruang teddy, atau artwork handmade. Tapi cokelat. Cokelat. Cokelat is everywhere.
Beberapa hari sebelum hari Valentine (10/1), aku iseng pergi ke Takashimaya. Tak dinyana, di sana sedang ada pameran cokelat bertajuk 'Amour de Chocolat'. Aku yang kepo sekaligus kebanyakan waktu luang, tanpa berpikir langsung pergi ke lantai pameran itu diadakan. Banyak sekali stand toko cokelat yang ada. Sebagian merek bisa ditemukan di lantai basement Takashimaya, sebagian lagi tidak. Bahkan ada beberapa merek cokelat yang cukup membuatku terpana. 😔
Beberapa merek cukup mudah ditemui seperti Morozoff, Mary's, Godiva, tapi ada juga Bvlgari -yang bahkan aku baru tahu dia jualan cokelat-, sekolah kuliner Le Cordon Bleu pun juga ada stand-nya lho. Cokelat khas Hokkaido, Royce, dan beberapa produk oleh-oleh Hokkaido dari Rokkatei juga ada. Ada merek-merek Eropa juga yang aku belum pernah mendengarnya. Ada juga yang menjual cokelat dengan bentuk yang unik seperti dinosaurus, atau hasil kolabo dengan merek terkenal seperti Volkswagen, Pokemon, dan Moomin. Sayangnya cokelat favoritku, See's Candies, tidak ada.
Harganya pun bervariasi. Ada yang relatif murah, ada yang mahalnya kayak sembarangan kasih harga. Cokelat merek Mary's atau Morozoff termasuk murah. Mereka masih menjual satu boks cokelat dengan isi lebih dari 20 buah dengan harga sekitar 1000 yen. Di stand lain, beberapa juga menjual cokelat unik dengan harga 200 yen-an. Tapi banyak juga produk yang harganya lumayan mahal. Seperti cokelat di Le Cordon Bleu harganya sekitar 3000 yen untuk lima buah cokelat. Yang paling ngaco sih Bvlgari, jual cokelat kecil-kecil isi 10 buah, harganya 11000 yen. Sudah gitu antrenya panjang dan banyak pilihan produk yang sudah sold out. 😓
Aku yang tadinya hanya berniat melihat-lihat saja. Akhirnya membeli juga.
Awalnya, aku ingin membeli cokelat kalau saja ada cokelat yang isinya toffee. Aku tuh suka banget cokelat dengan isian toffee. Karamel tapi keras, milky, buttery, dan nutty gitu. Tapi aku tidak menemukan. (Atau malas bacanya karena banyak pilihan). Lalu kemudian aku melihat stand Morozoff.
Morozoff ini salah satu merek cokelat yang cukup terkenal di Jepang. Meskipun namanya nama asing, Morozoff ini merek asli Jepang. Ya, pendirinya imigran Rusia bernama Morozoff, sih. Usut punya usut, Morozoff ini merupakan perusahaan pertama yang memperkenalkan hari Valentine ke Jepang. Aku rasa Morozoff sangat berhasil sih, terbukti hampir semua orang Jepang dengan serius dan khidmat merayakan hari Valentine.
Beberapa waktu lalu, seorang teman memintaku untuk membelikan cheese cake di Morozoff. Cheese cake dengan diameter 17 cm, tebak berapa harganya? Cuma 1000 yen atau sekitar 135 ribu rupiah. Untuk ukuran Jakarta saja itu relatif murah, apalagi di Jepang? Kata temanku rasanya lumayan. Ngga tahu lumayan versi dia itu kayak apa.
Cokelat produksi Morozoff pun harganya sangat terjangkau dan cukup ramah untuk kantongku.
Aku membeli cokelat Morozoff 'Leon' kemasan lima buah seharga 648 yen atau sekitar 80 ribu. Aku memutuskan membeli Leon karena ada rasa cherry-nya. Aku love cherry.
Di Jepang, hari Valentine berarti cokelat. Yang mana, para perempuan memberikan cokelat kepada para laki-laki. Bukan sebaliknya. Laki-laki memberikan cokelat ke perempuan, satu bulan kemudian, alias 14 Maret, alias White Day.
Sedangkan aku? Beli cokelat buat aku sendiri. 👀 Padahal, Leon yang aku beli ini dipasarkan sebagai hadiah yang tepat untuk laki-laki yang fashionable, spesial, dan sophisticated. Makanya, kemasannya pun berwarna cokelat, tidak cute sama sekali.
Bodo amat.
![]() |
Maaf ada rambutnya. Kemasan Leon sangat elegan ya. Tidak cocok dengan kepribadianku. |
![]() |
![]() |
Dari kiri ke ke kanan: Cafe au lait, sweet chocolate, cherry heart, kirsch, dan milk chocolate. |
Silakan berlangganan via e-mail.
Snack Queen