Kotogase Chaya, Surga Tersembunyi di Arashiyama - SnackQueen
sittirasuna.com
Loading...

Thursday, November 5, 2020

Kotogase Chaya, Surga Tersembunyi di Arashiyama

Kalaupun belum pernah ke Jepang, pasti teman-teman sering melihat foto hutan bambu Jepang yang sering muncul di internet. Hutan bambu ikonik yang terkenal itu berada di area Arashiyama, di Kota Kyoto.

Hari ini, tiba-tiba seorang teman menelepon dan mengajakku untuk pergi ke Arashiyama. Katanya, ia ingin makan ikan sungai goreng yang dijual di warung pinggir Sungai Katsura. "Tempat itu adalah surga di Arashiyama," katanya.



Kyoto merupakan ibukota kuno Jepang dan merupakan kota yang ekonominya sangat ditopang oleh sektor pariwisata. Turis domestik dan turis asing, semua menjadikan Kyoto sebagai destinasi wisata dalam daftar perjalanan. Bisa dibilang, Kyoto mirip dengan Yogyakarta. Sama-sama bekas ibukota negara yang penuh dengan sejarah dan sama-sama dicintai banyak orang.

Semenjak pandemi, jumlah wisatawan di Kyoto menurun drastis. Tidak ada lagi desak-desakan di dalam bus kota, lampu hotel banyak yang tak menyala, dan Arashiyama yang merupakan atraksi utama Kyoto mendadak sepi. Aku sempat ke hutan bambu Arashiyama beberapa bulan lalu, mungkin tak sampai 10 orang di sana, yang kalau aku ingin foto di sana akan sangat mudah untuk mengambilnya tanpa perlu ada photobomb di belakang. Sayangnya, aku pergi sendiri.

Kini, pintu Jepang belum terbuka untuk wisatawan asing namun Kyoto sudah mulai 'hidup' kembali. Pemerintah Jepang menggalakkan wisata domestik dengan GoTo Campaign, yang mana wisatawan mendapatkan diskon banyak untuk memesan penginapan atau moda transportasi plus diberikan kupon belanja gratis. Hari ini, Arashiyama pun cukup ramai wisatawan.

Tapi kali ini, aku tidak pergi ke hutan bambu, melainkan hanya ke warung pinggir sungai favorit temanku ini. "Kamu harus coba udon dan ikan sungai gorengnya. Enak sekali," lanjutnya.

Di Arashiyama terdapat kedai kopi % Arabica yang sangat terkenal. Kalau Arabica berada di tepi kanan sungai, warung tujuan kami hari ini berada di sisi kiri. Di sebelah jalan menuju Arashiyama Monkey Park, ada jalan kecil tepi sungai yang dapat disusuri untuk mencapai warung tersebut. Dari jauh tampak kecil dan terlihat jauh sekali, tapi dengan pemandangan pepohonan di musim gugur dan langit yang biru membuat jalan kaki terasa tak terlalu lelah.








Menu Kotogase Chaya

Sebenarnya, tempat ini bisa ditempuh dengan menyeberang menggunakan sampan gratis dari sisi seberang sungai. Tapi temanku bilang ia tidak bisa mendayung, lebih tepatnya takut kalau kenapa-kenapa di atas sampan.

Ketika kami sampai di sana, ibu penjaga warung seperti sudah akrab dengan temanku ini. Tentu saja, ia mungkin lebih dari sepuluh kali singgah di warung ini. Aku menyerahkan kepada temanku untuk pemilihan makanannya. Temanku memesan udon, kawazakana tempura (ๅท้ญšใฎๅคฉใทใ‚‰) alias ikan sungai goreng kesukaannya dan ikayaki (ใ‚คใ‚ซ็„ผใ、cumi bakar). 

Ikayaki yang dibumbui dengan kecap asin datang paling awal. Aku yang jarang makan seafood tidak ingat apakah aku pernah makan cumi bakar seperti ini. Aku sangat menikmatinya sampai tidak sadar aku makan lebih banyak daripada temanku. "Maaf, aku habiskan." ๐Ÿ˜‚ Padahal dia yang traktir, dasar tidak tahu diri.

Ikayaki 600 yen

Kawazakana Tempura (1000 yen) dan Udon (700 yen)


Ikan sungai terasa begitu pahit. Jujur saja, aku kurang menikmati rasanya tapi aku suka dengan teksturnya. Temanku tak berhenti bertanya kepadaku, "Enak kan?" Tapi kenapa begitu pahit ya? Aku yang tidak pernah mengolah ikan, mencari tahu kalau ikan sungai terasa pahit karena empedunya yang pecah. Begitu ya?

Kemudian aku mencoba udon yang diagung-agungkan oleh temanku ini. Di atas udon terdapat kakiage tempura yang di bawahnya tersembunyi telur. Terendam kuah dashi panas, udon ini juga ditemani oleh surimi, fish cake berwarna pink dan putih, serta daun bawang. Udon dengan kuah yang panas sangat cocok di cuaca yang sudah lumayan dingin di Kyoto. Aku bisa bilang udon di sini memiliki rasa yang kamu akan ingin makan lagi di lain waktu.

Masih belum kenyang, aku memesan oden, hidangan tradisional Jepang dengan bermacam bahan yang direbus dalam kuah. Oden yang aku pesan berisi telur, daikon (lobak), konnyaku, dan satsuma-age (fish cake goreng). Di pinggir piring oden, terdapat karashi, atau mustard ala Jepang yang rasanya mirip dengan wasabi. Kalau tidak salah, ini kali kedua aku makan oden, dan aku suka sekali. ๐Ÿ’™

Oden 600 yen

Temanku yang sedang duduk agak jauhan dariku karena sedang merokok keheranan melihatku karena aku sanggup makan cukup banyak. Well, tapi aku tidak terlalu merasa berdosa karena oden rendah karbohidrat. ๐Ÿ˜‚

Sekarang aku mengerti kenapa temanku bilang warung ini merupakan surga di Arashiyama. Arashiyama yang selalu ramai dengan wisatawan seperti tidak terasa saat berada di tempat ini. Rasanya seperti bukan di Arashiyama. Sangat tenang dan indah.

Saat aku di sana, aku tidak tahu apa nama warung itu. Aku mencari plang nama warung ini, tidak ketemu atau aku saja yang kurang jeli. Tanya temanku merupakan hal yang percuma karena dia tidak bisa baca kanji dan hanya ingat tempat dari lokasinya saja. Setelah aku cari, ternyata bernama Kotogase Chaya. Chaya ่Œถๅฑ‹ sendiri secara literal berarti 'teahouse', meskipun aku yakin jarang pengunjung minum teh di sana. 

Berkunjung lagi? Sepertinya kalau ke Arashiyama, mungkin ke sini lagi. 

Kotogase Chaya ็ดใƒถ็€ฌ่Œถๅฑ‹
1 Arashiyama Genrokuzancho, Nishikyo Ward, Kyoto, 616-0007
Jam buka: Senin-Jumat 9.00-17.00
Kisaran harga: 2000-3000 yen untuk dua orang

Share with your friends

4 comments

  1. Hahaha boleh nih yg beginian. Boleh ngetest skill bahasa memandangkan ngga ada foto trus menu full bahasa Jepang. Ini termasuk tempat yg mesti makan cepet ga sih? Kadang jadi ga enak kalo tempat makan buru2 tp kita baca menu-nya lama. Merasa bersalah XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Engga, hahaha santai aja. Yang jaga juga nenek-nenek.

      Delete

Notification
Food is happiness.
Done