SnackQueen
sittirasuna.com
Loading...

Wednesday, December 15, 2021

Nasi Goreng 7-Eleven Jepang! Enak Ngga?

Nasi Goreng 7-Eleven Jepang! Enak Ngga?

Enak!

Selain masakan Jepang dan Barat, kadang-kadang 7-Eleven juga mengeluarkan produk bento masakan etnik seperti Thai, India, Cina (kalau Cina kok kaya kurang etnik sih ✌), dan bahkan Indonesia. Biasanya sih kalau bento hanya musiman dan bukan produk tetap.

Ada beberapa produk 7-Eleven seperti butter chicken curry dan naan yang merupakan produk tetap tapi bukan dalam bentuk bento melainkan dalam kemasan per jenis lauk. Ada juga yang frozen.

Belum lama ini, 7-Eleven menjual seri masakan Thailand, seperti sup Tom Yam dan Nasi Gaprao. Aku kurang berminat mencoba, sih. Tak lama setelah itu, muncul nasi goreng a la Indonesia! Aku penasaran dong! Tapi carinya susah banget!

Sekitar beberapa bulan lalu, 7-Eleven mengeluarkan produk mi goreng a la Indonesia. Ngga buruk tapi kurang berkesan ya. Malah ada Hokkien mee (mi goreng a la Singapura) yang aku lebih suka. Yang kayaknya kalau makan Hokkien Mee di Singapura atau Malaysia langsung rasanya ngga gitu mungkin, tapi tetep enak sih versi 7-Eleven Jepang.

Nah balik ke nasi goreng.

Aku sudah mampir ke beberapa 7-Eleven (beberapa tuh ya cuma tiga toko) tapi ngga pernah nemu. Ngga tahu sudah terjual semua atau si toko tidak menjualnya atau memang sudah tidak tersedia lagi!

Saking pengen mencobanya, aku membuka online store-nya 7-Eleven yang bernama Omni dan mencari apakah produk nasi goreng 7-Eleven masih ada. Ternyata masih ada! Aku pun langsung memesan via internet.

Jadi, sistemnya adalah tenpo uketori (pick-up at the store), jadi aku harus ambil nasi goreng yang aku pesan di 7-Eleven terdekat yang aku pilih. Pembayaran pun dilakukan di toko.

Harga nasi goreng 7-Eleven Jepang adalah 550 yen, kira-kira hampir 70 ribu rupiah. Begini nih penampilannya.

Satu kemasan nasi goreng mengandung 675 kcal. Tinggi banget... 👀


Nasi goreng. Indonesian-style fried rice.

Lengkap dengan telur, ayam, dan sambal. Ada paprika dan bayam, juga.

Sunday, October 3, 2021

Gorengan Sevel Paling Enak

Gorengan Sevel Paling Enak

Aku cinta konbini. 

Kayaknya setiap orang yang pernah ke Jepang pasti love deh sama konbini. 👀 Beberapa minggu lalu sempat viral, bahwa ada seorang jurnalis asal Kanada yang meliput olimpiade menuliskan ulasan trip-nya ke konbini yang berkali-kali dan mencoba makanan bermacam-macam. Ia terkesan sangat kagum dengan konbini.

Relate banget. 😗

Bisa dibilang dari 900 hari tinggal di Jepang, mungkin sudah lebih 3000 kali jajan di konbini. Bahkan sehari bisa lebih dari lima kali kan, apalagi kalau pas lagi pergi keluar. Ngga cuma jajan makanan atau minuman, atau roti, tapi kebutuhan kebersihan rumah, fotokopi, mencetak dokumen dan foto, kirim barang, semua di konbini. Sebegitu dekatnya konbini dengan kehidupan orang yang tinggal di Jepang deh.

Aku kerja di konbini sudah dua tahun dan tidak pernah bosan. Setiap hari pasti ada produk baru, entah itu roti, minuman botol, cemilan, bento, dan lain-lain. Meskipun ngeliatin doang ngga beli pun rasanya gembira, deh

Tapi ada satu yang aku ngga suka dari konbini tempat aku bekerja... yaitu: bau!

Mungkin waktu aku datang ke Jepang untuk jalan-jalan, aku ngga perhatiin ini. Tapi setelah bekerja di konbini begitu lama, aku perhatikan beberapa konbini ada yang bau. Baunya disebabkan dari penggorengan yang ada di dalam toko. Setiap toko tentu saja ada sirkulasi udara, cuma mungkin tidak di-maintain dengan baik jadi baunya ngga hilang.

Tidak beruntungnya aku, karena aku bekerja di konbini yang cukup bau. Bahkan kalau beli jajanan di sana pun, bungkus plastiknya bau. 😢 Bau minyak... 😓 Aku cukup sensitif dengan bau-bauan jadi agak males kalau belanja di toko tempat aku bekerja. Tiap bekerja pun pulang-pulang dari kepala sampai kaki bau minyak. Kzl. Aku bekerja di dua konbini, yang satunya tidak ada penggorengan, jadi ngga bau.

Kok aku jadi curhat soal bau gorengan ya, padahal aku mau cerita soal produk gorengan 7-Eleven yang paling enak dari yang pernah aku coba sampai sekarang.

Konbini a.k.a minimarket di Jepang rata-rata menjual produk gorengan. Tidak semua, terlebih lagi konbini kecil yang misalnya ada di stasiun. Semacam versi express-nya gitu. Tapi di luar itu, rata-rata menjual gorengan. Aku sendiri jarang jajan gorengan di konbini karena sudah eneg makan gorengan di toko tempat aku bekerja. Jadi, kalau sudah lewat batas penjualan waktu, pekerja dibolehkan untuk makan gorengannya. Kalau tidak ya, dibuang.

Pagi ini seorang teman kerja (di toko yang tidak ada gorengan) memberitahu kalau di 7-Eleven ada jenis gorengan baru. Dia lupa namanya tapi dia bilang dari kentang, tapi dalamnya dia tidak yakin apa, tapi seperti rasa keju. Harganya cuma 100 yen (13000 rupiah) tapi enak banget. Teman kerjaku ini ibu-ibu yang kalau dia bilang enak, buat aku juga biasanya enak. Kaya sama palate-nya. Dessert 7-Eleven yang paling enak buat kita aja sama. Masih: eclair Pierre Herme yang caramel. 

Etalase gorengan di 7-Eleven

The famous jaga butter ring.

Jaga butter ring.

Friday, August 13, 2021

I'm in love with Muji's Handmade Naan :)

I'm in love with Muji's Handmade Naan :)

Bos tempatku bekerja tuh suka banget pergi ke Starbucks. Kayak sesuka itu minum Starbucks -- yang menurut aku sih overrated dan mahal. Aku lebih suka makanannya Starbucks ketimbang minumannya. Di Indonesia sih suka beli iced chocolate-nya Starbucks tapi di sini ngga enak, beda banget rasanya! Kadang-kadang jajan Starbucks sih, kalau ada menu seasonal edition. *lemah

Minggu lalu, aku diajak pergi ke Starbucks. Katanya ia punya kupon gratis menu seasonal Starbucks terbaru, GO Peach Frappucino dan GO Pineapple Frappucino. Sebenarnya aku ngga tertarik minum itu tapi kupon gratisnya hanya khusus menu itu, ya sudah lah aku memesan GO Peach Frappucino. Bosku juga beli waffle dan donut. 

Rasanya biasa saja. Bosku pun bertanya bagaimana pendapatku dengan minuman peach Starbucks ini. Ya aku jujur saja: biasa saja. 😂 Ya enak, cuma biasa aja lah. Aku dikatain sama bosku kalau komentarku pedas... kalau aku bilang enak kan boong ya. Donut-nya aku suka, alhamdulillah paling enggak ada yang bisa aku bilang enak ke bosku. Biar ngga dikatain kalau komentarku pedes mulu 😜

By the way, di tempat kerjaku bos dan beberapa temanku tahu kalau aku tuh cukup strict menilai makanan. Kebanyakan kalau makan produk di tempat kerja, kukomentarin biasa saja. 😂 Sampai-sampai kalau aku bilang enak, berarti mereka percaya kalau beneran enak. Padahal mah semua soal selera ya~

Kemudian kami mengobrol soal hadiah. Bosku bilang dia mau membelikan hadiah untukku sebagai hadiah terakhir karena aku mau berhenti kerja. Dia bertanya apa ada yang aku inginkan akhir-akhir ini. Yah, kalau ditanya begitu ya aku kepengennya emas, berlian, dan uang. Kalau barang tuh aku ngga suka karena menuh-menuhin rumah. Jadi ya aku bilang makanan saja. 😄 Makanan kan kalau dikonsumsi trus ngga menuh-menuhin rumah. *prinsip hidup*

Setelah nongkrong sebentar di Starbucks, kami pergi ke salah satu department store bernama BAL. Ini salah satu tempat favoritku di Kawaramachi, Kyoto, karena toiletnya bagus. 😎 Kalau lagi jalan-jalan di Kawaramachi, Kyoto, kalau kebelet, aku sarankan mampir ke BAL.

Di BAL ini ada Mujirushi a.k.a Muji. Katanya di Indonesia sudah bangkrut ya? Seingatku Muji di Indonesia tidak menjual produk makanan. Tapi di Muji Jepang, tersedia produk makanan seperti minuman botolan, kue, cookies, kare, dan makanan beku. Bahkan ada Cafe-nya juga, lho. Aku pernah makan sekali di Muji Cafe yang ada di BAL Kyoto. Biasa aja tapi rasanya. 😝 Biasa mulu. Ada juga restoran Muji yang all-you-can-eat, tapi di cabang lain di Osaka.

Sebelum ke Muji, kami ke toko bernama Today's Specials yang menjual pernak-pernik, kosmetik, alat masak, dan lain-lain. Aku suka sekali ke toko itu tapi ngga pernah tahu namanya sampai hari itu. Di sana bosku membelikanku eco bag untuk nanti dimasukkan makanan yang akan dia belikan di Muji. Aku terharu 😓

Setelah sampai Muji, kami langsung menuju ke bagian makanan. Bosku merekomendasikanku untuk mencoba naan instan-nya Muji. Ia menyuruhku untuk memilih kare, dan instead of kare yang paling top selling di Muji seperti butter chicken curry dan keema curry, aku memilih massaman curry. 

Aku juga memilih beberapa cookies seperti Pistachio & Vanilla Cookies, Parmesan & Edam Cheese Sable, dan Orange & Chocolate Cookies. Bosku memilihkanku Apple Jam Sandwich Cookies karena menurutnya enak banget. Selain itu dia membelikanku Dried Sweet Potato dan Handmade Mango Lassi - yang tulisannya lagi hits di media sosial. Semua yang dibelikan bosku aku belum pernah mencoba semua.

Hadiah dari bosku, makasih! 

Thursday, August 12, 2021

Kenapa thai tea-ku tidak oren?

Kenapa thai tea-ku tidak oren?

Kemarin aku jalan kaki pergi kerja dan menemukan sebuah bendera Vietnam tertempel di bangunan lantai pertama gedung apartemen tak jauh di rumahku. Aku rasa, bendera itu baru ada hari itu karena sebelumnya tidak pernah lihat. Aku membatin kalau salah satu penyewa kamar di sana sangat nasionalis, sampai-sampai menempel bendera negara tercinta.

Saat aku pulang kerja, ternyata lantai satu di gedung apartemen itu merupakan toko bahan makanan Vietnam yang sepertinya baru saja buka. Ada beberapa karangan bunga pembukaan toko yang ada di depannya. Karena aku sangat tertarik dengan makanan yang belum pernah aku coba dan suka melihat-lihat toko, tanpa berpikir panjang aku langsung mencoba masuk.

Semua sangat menarik bagiku. 😓 Terutama bagian minuman, makanan ringan, dan instan karena hampir semua sama sekali tidak pernah mencoba. Aku juga senang karena dijual banyak bumbu dapur masakan Indonesia yang dipakai juga di masakan Vietnam, seperti lengkuas. Jadi tidak perlu beli lengkuas ke toko bahan makanan Indonesia yang lokasinya agak jauh. Oh iya, ngga ada tuh lengkuas di supermarket biasa di Kyoto, dalam bentuk bubuk pun ngga ada.

Salah satu produk yang menarik perhatianku adalah Cha Tra Mue, merek Thai tea paling terkenal di Thailand dan di dunia. Berarti orang Vietnam suka juga ya minum Cha Tra Mue. Aku mengenal merek ini saat dua tahun lalu mengunjungi Bangkok dan seorang teman memperkenalkan merek ini. Ternyata di Thailand banyak kios Cha Tra Mue, yang ternyata rasanya beda-beda tergantung yang bikin. 😂 Pernah beli enak banget, pernah beli kurang enak. Sebenarnya mungkin aku mencoba Cha Tra Mue sudah dari lama karena kebanyakan Thai tea yang dijual di Indonesia menggunakan merek ini, hanya saja ngga tahu mereknya.

Pas melihatnya, aku langsung kepengen beli. Karena toko bahan makanan Vietnamnya masih baru, tidak ada harga yang tertera di bagian rak Cha Tra Mue. Penjaga tokonya pun kebingungan dan harus bertanya ke salah satu anggota keluarganya. Di toko itu, harga Cha Tra Mue 400 gram adalah 800 yen atau sekitar 110 ribu rupiah. Sayangnya, tokonya hanya menerima uang tunai saja, kalau tidak pasti aku sudah belanja yang lain. 😅 Hmmm... untung kali ya, kalo bisa pake kartu, yang ada aku boros. 😎

Ada yang suka Thai tea ini?

Wednesday, July 28, 2021

A Visit to La Collina, Omihachiman

A Visit to La Collina, Omihachiman

Suatu hari, beberapa bulan lalu, aku melihat feed di Tiktok tentang sebuah tempat bernama La Collina yang letaknya ada di Omihachiman, Prefektur Shiga, prefektur tetangga tempat aku tinggal, Kyoto. Sejak saat itu, aku berniat untuk pergi ke sana... meski tak kunjung pergi juga karena akhir-akhir ini malas pergi jalan-jalan kecuali ke mal. Sekarang pun musim panas, makin malas pergi keluar karena bayangkan saja tengah hari bisa mencapai suhu 36 derajat.

Tapi akhirnya Sabtu minggu lalu (24/7), aku pergi ke sana juga. Sebenarnya aku cukup malas-malasan sih, soalnya bakal panas banget, tapi karena ada teman, aku jadi agak semangat untuk pergi. Temanku ini tidak pernah jalan-jalan setelah setengah tahun lebih tinggal di Kyoto, ke Osaka pun yang sangat dekat pun tidak pernah. Awalnya aku menyarankan untuk kami pergi ke Osaka saja, karena banyak tempat perbelanjaan jadi ngga terlalu perlu panas-panasan. Tapi aku sempat menyebut soal La Collina dan kota Omihachiman, dan ia pun mencarinya di Google... dan lebih tertarik untuk pergi ke Omihachiman.

Ternyata pergi ke La Collina tak sesulit yang kubayangkan. Kami naik kereta JR dari Stasiun Kyoto dan turun di Stasiun Omihachiman. Perjalanan ditempuh dengan waktu sekitar 35 menit. Kemudian untuk pergi ke La Collina, kami naik bus kota jurusan Chomeiji dari halte nomor enam. Naik bus cuma delapan menit! Ternyata dekat, pasti re-visit sih! Soalnya Omihachiman ini kota kecil penuh dengan sejarah dan belum sempat pergi ke area Azuchi Castle.

Gerbang La Collina dan jalan untuk pejalan kaki.

Tampak depan bangunan utama (main shop) La Collina.

Friday, July 9, 2021

First Culture Shock in Japan

First Culture Shock in Japan

Delapan tahun lalu bulan Mei adalah saat pertama kalinya aku datang ke Jepang. Sebagai orang yang kurang piknik, tentu saja terlalu banyak hal yang membuatku tercengang. Kalau aku sebutkan mungkin tidak ada habisnya: Jepang yang bersih, ketepatan waktu, barang-barang di Daiso yang hanya sepuluh ribu, vending machine, washlet, susahnya mencari tempat sampah, masih banyak lainnya.

Tapi, setelah aku ingat-ingat bukan hal-hal yang kusebutkan tadi yang membuatku terkejut. Maksudku, tanpa pernah ke Jepang, kita sudah tahu kalau Jepang terkenal dengan kebersihannya atau teknologi etc. Yang bikin aku cukup terkejut di Jepang adalah: teh botol dalam kemasan tidak manis sama sekali.

Aku yang dibesarkan dengan Teh Botol dan Teh Kotak sangat syok dengan keberadaan 'teh botol' Jepang yang tawar. Di Indonesia juga baru belakangan kan ada teh dalam kemasan yang less sugar dan tawar. Aku ingat banget pertama kalinya aku membeli teh dalam botol di Jepang adalah di vending machine di salah satu stasiun di Tokyo.

Bukannya aku tidak tahu konsep teh tawar. Di keluargaku minum teh di rumah itu wajib, seringnya manis tapi biasanya kalau sudah agak tua, atau ingin mengurangi gula, biasanya minum teh tawar. Saat itu pun aku juga sudah beberapa kali makan di Sushi Tei yang menyediakan ocha tawar. Tapi entah kenapa, sampai Jepang kaget waktu minum teh dalam kemasannya tawar.

Teh dalam kemasan botol. Itu sederet tawar semua. Yang manis hanya yang di bawah kaleng kopi sebelah kiri.

Friday, July 2, 2021

Halal in Kyoto: Salman & Sohel Halal Kitchen

Halal in Kyoto: Salman & Sohel Halal Kitchen

Bulan lalu, seorang teman mengajak makan di salah satu restoran halal tak jauh dari Imperial Palace di Kyoto. Aku tahu restoran itu karena letaknya dekat dengan Kyoto Islamic Culture Center, tempatku membeli Teh Botol, tapi tidak pernah tertarik untuk makan di sana. Pertama, karena restoran itu menjual masakan India. Kedua, bukannya aku ngga suka masakan India, aku suka, cuma restoran India kan banyak di Kyoto (dan di dunia), jadi bisa makan di mana saja.

Restoran tersebut bernama Salman & Sohel Halal Kitchen. Tak hanya masakan India, Salman & Sohel juga menawarkan menu masakan Arab, Turki, Persia, dan Chinese food ala India (nah loh). Ternyata, nama restoran ini berasal dari nama aktor Salman Khan dan adiknya Suhail Khan. Jadilah Salman dan Sohel. Dari sang owner, aku jadi tahu kalau Salman Khan punya adik namanya Sohel/Suhail. 

Sejak tahun 2018, Salman & Sohel dimiliki oleh owner yang sekarang. Sebelumnya, restoran ini dimiliki oleh salah satu chain? restoran India yang dengar-dengar salah satu yang paling enak di Kyoto. Setelah dibeli oleh owner yang sekarang, namanya pun tetap sama. Owner Salman & Sohel merupakan chef dengan pengalaman internasional. Ia pernah menjadi chef di Singapura, Inggris, dan Uni Emirat Arab hingga akhirnya memutuskan untuk membuka usaha sendiri di Kyoto, Jepang.

Kunjungan pertamaku ke Salman & Sohel, aku mencoba salah satu menu masakan Arab: lamb kabsa, dan garlic naan. Temanku memesan lamb kabsa sehari sebelum kedatangan kami karena rupanya menu ini tidak tersedia kalau tidak order minimal beberapa jam sebelumnya.

Setelah aku ingat-ingat aku hampir tidak pernah makan masakan Arab. Kapan ya terakhir... makan nasi kebuli di Jakarta pun rasanya ngga pernah. Kayaknya terakhir makan masakan Arab sekitar 10 tahun lalu. 😂 Pernah ke Saudi waktu aku kuliah dan pernah jajan mandi di restoran Arab di dekat Manggarai 12 tahun lalu sama teman-teman SMA. Itu doang yang aku ingat. 😂

Oh ya, selain menu utama lamb kabsa, kami juga disuguhi makanan pembuka sup berbasis tomat dan mango lassi dan infused water mencurigakan berwarna pink transparan. 😂

Sup tomat ala Indianya enak banget. Segar dan ada hint spice-nya, tapi ngga terlalu strong. Di dalam supnya ada crouton kecil-kecil juga.

Sup tomat India.

Friday, June 11, 2021

BTS Meal di Jepang?

BTS Meal di Jepang?

Di Indonesia lagi heboh-hebohnya BTS meal yang dikeluarkan oleh McDonald's. Terlalu banyak orang membeli melalui ojek online dan menyebabkan kekisruhan. Sampai-sampai beberapa gerai disegel dan tidak boleh buka.

Sementara di Jepang?
Tidak ada.

Negara Jepang tidak ada dalam daftar yang dikeluarkan pihak McDonald's beberapa waktu silam, saat mengumumkan tanggal keluar BTS meal. Aku pun tidak penasaran karena aku tidak tahu menahu soal BTS. Aku cuma tahu lagunya Dynamite karena diputar di mana-mana. Itu pun awalnya tidak tahu kalau itu lagu BTS.

Instead di McDonald's Jepang, ada bumbu kentang baru rasa Teriyaki McBurger yang bungkusnya berwarna ungu. Selain itu, kantong kertas dan bungkus karton nugget-nya bergambar Speedee, maskot McDonald's sebelum Ronald McDonald. Desain kemasan ini merayakan keberadaan McDonald's di Jepang yang sudah 50 tahun.

Aku rasa kemasannya lebih cute daripada BTS meal. 👀

Tadi malam, aku membeli menu ポテナゲpotenage. Di McDonald's Jepang kadang-kadang menjual potenage di malam hari. Dari namanya sendiri, pasti sudah bisa menebak. Ya, jadi potenage itu menu set ポテトpoteto dan ナゲット nagetto a.k.a kentang goreng dan chicken nugget. 

Menu potenage ada dua, 大 dai, atau large, yaitu 10 pc chicken nugget dan 1 kentang ukuran besar, dan 特大 tokudai atau extra large, yaitu 15 pc chicken nugget dan 2 kentang besar. Aku membeli potenage 大 dengan tambahan bumbu kentang rasa teriyaki Mcburger. Harganya 500 yen.




Snack Queen

Notification
Food is happiness.
Done